Penulis itu Mengubah

569221199997898

Para penulis buku misalnya. Mereka adalah ‘yang membuat sesuatu terjadi’ sebagaimana kata Newbern. Sebagaimana kita tahu, Karl Marx mampu mempengaruhi dunia dengan Das Capital-nya. Samuelson disebut-sebut sebagai peletak dasar ilmu ekonomi lewat Economic-nya. Bahkan, Max Haveelar karya Edwar Douwes Dokker yang lebih masyhur dengan nama Multatuli itu menjadi buku yang sangat berpengaruh mengubah perilaku bangsa Belanda terhadap Indonesia.

Janganlah heran apatah lagi terbengong-bengong. Aktifitas menulis memanglah sebentuk karya. Justeru, itu adalah karya abadi yang daya tahannya menembus ruang dan waktu. Oleh itulah, buku seringkali mempunyai daya pengubah yang luar biasa. Karena karakternya yang terus membersamai zaman dan waktu walau pengarangnya telah meninggalkan semesta. Jika kita melongok dan kemudian membersamai kehidupan para ulama’ salafus shalih, rasa keterbengongan kita akan bertambah bilamana melihat aktivitas menulis mereka yang luar biasa. Mereka menulis bukan karena ingin terkenal ataupun termasyhur kemudian mendapatkan beragam pujian berbentuk award.Tetapi, karena ada ilmu yang harus disampaikan pada ummat. Ada kemanfaatan yang tak boleh dipendam oleh sebagian orang saja. Ada hikmah yang tak boleh bersembunyi di dalam dada. Tetapi, semua harus tersampaikan. Semua harus tertumpahkan. Agar ilmu yang didapat tak menjadi sarang penyakit yang justeru menjadi siksa diri yang amat berat di hari hisab kelak. Agar pertanggungjawaban menjadi lebih ringan dan mudah di hadapan Allah. Karena itulah, idealisme, keyakinan, dan keharusan untuk menyampaikan ilmu menjadi alasan yang tak bisa ditawar-tawar lagi bagi mereka.

Dengan begitu, motivasi diri untuk terus bersemangat mentransfer ilmu tersebut senantiasa berkobar. Tanpa henti. Jikalaupun kadang terasa berat dan kobarnya meredup, mereka men-charge lagi bahan bakarnya berupa keyakinan terhadap Allah. Toh, hanya untuk Allah-lah mereka berkarya. Dan Allah tak pernah mati. Jika dihari ini kita begitu akrab dengan rasa lemah semangat, serta kemauan dan cita-cita yang kosong. Maka kita menjadi saudara kembar dari murid-murid Ath-Thabari.

Simaklah dialog Ath-Thabari dengan murid-muridnya ketika menyuruh mereka untuk menulis tafsir Al-Qur’an setebal 30.000 halaman. “Ha? Yang bener aja wahai Syaikh. Pekerjaan seperti itu bakalan menghabiskan umur kita, dan kita bakalan kagak sempat beraktivitas yang lain wahai Syeikh!” Protes para murid. “Allahu Akbar, cita-cita kalian telah mati! Kalau begitu, kita ringkas saja menjadi 1000 halaman” Jawab Ibnu Jarir Ath-thabari. Dengan nada kecewa tentunya.

Yah. Seberapa minim-pun sarana, namun jika cita-cita besar telah menggelayut, akan selalu dikejar. Orang yang memang kerdil cita-cita, enggan berkarya, seberapa rak-pun buku motivasi yang dibaca, seberapa banyak-pun training motivasi yang diikuti, dan seberapa banyak-pun nasehat yang tertuturkan kepadanya takkan mampu mengubah. Jikalau mampu, ia ibarat air yang jatuh ke batu. Butuh waktu yang lama untuk memecahnya. Itu-pun membutuhkan satu kata: konsistensi!

Namun, ini berbeda cerita bagi pemilik cita-cita besar. Sedikit sentuhan yang menginspirasi sudah menjadi stimulan segar yang musti segera direalisasikan. Seberapa besar-pun aral dan rintangan, gak peduli dah! Mari sama-sama kita menyimak kisah inspiratif dari sosok-sosok yang berpengaruh dalam dunia islam lewat karya-karya mereka. Siapa dari kita yang tak kenal dengan Imam Al-Bukhari. Dialah pengarang dari kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al-Qur’an.

Lalu, apa yang membuat beliau menjadi muhaditsin (ahli hadits) masyhur hingga sampai sekarang kita masih sering mendengar namanya disebut walaupun beratus-ratus tahun yang lalu beliau telah meninggalkan dunia? Gurunya, Imam Ishaq bin Ruhawaih pernah bertutur, “Andai saja di antara kalian ada yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi yang shahih kemudian menulisnya dalam satu kitab…”. Kata sang guru berandai-andai penuh harap. Tiba-tiba saja tuturan sejuk gurunya tersebut menjadi inspirasi segar yang mewangi pula. Imam Bukhari-pun tergugah. Semangatnya membumbung tinggi ke angkasa. Beliau-lah yang akhirnya mewujudkan harapan gurunya tersebut. Karena Imam Bukhari tahu, bahwa harapan gurunya sangat bermanfaat bagi ummat. Maka sekarang kita mendapati, sebagaimana kesepakatan para ulama, Kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih setelah Kitabullah! Subhanallah…

(dapatkan tulisan seru lainnya yang akan mengobarkan semangat kamu agar banjir karya dalam bukuku Satu Jiwa Sejuta Karya, segera terbit!)

6 comments

    1. jadi tambah semangat?
      o… harus itu bro. tulisan ini memang sengaja dihadirkan, dihidangkan, disodorkan, diperuntukkan untuk (halah!) membangkitkan, membakar, menggelorakan, dan membarakan jiwa kamu agar berkarya tanpa jeda. agar berkarya tanpa seunggul-unggulnya. begitu bro, nantikan tulisan yang lainnya. gue jamin, kamu bakalan tambah semangat dan bersemangat. tambah bersemangat dan juga semangat. (perasaan diulang-ulang deh?).
      oke bro, keep u’r spirit to write bro!

    1. iya. yang bilang gampang juga gak ada bro. tapi, makanya, jadid niyataka. itulah gunanya, perbaharui niatmu. kalo gak diupdate bisa hang tuh niat. begitu, kalo pengen terupdate terus, rajin-rajin ajah berselancar secara riang ke sini. gitu bro!
      keep writing!

Tinggalkan Balasan ke iman jombang Batalkan balasan